الأحنف بن قيس (توفي 67 هـ) : (الأحنف بن قيس بن حصين المري المنقري التميمي)، كان سيد بني تميم وأحد العقلاء الدهاة الفصحاء، غزا خراسان تحت قيادة أبي موسى الأشعري، اعتزل الفتنة يوم الجمل، لكنه شهد صفين مع علي بن أبي طالب، عارض عليا في اختياره لأبي موسى الأشعري محكما، لم يستجب لاستمالة معاوية له بعد أن تولى الخلافة
Ahnaf bin Qais (wafat 67 H)
Nama lengkapnya adalah Ahnaf bin Qais bin Hashin Mari El Munqari At Tamimi. Pimpinan Bani Tamim ini termasuk kelompok cerdik pandai dan berpengaruh. Beliau ikut dalam perang melawan Khurasan di bawah komando Abu Musa Asy`ari. Dalam perang Jamal beliau ini sempat keluar barisan karena menghindari terjadinya fitnah, namun dalam perang Shiffin beliau termasuk dalam barisan Ali bin Abi Thalib. Ketika pemilihan Abu Musa Asy`ari menjadi penimbangtara, beliau tidak sependapat dengan Ali bin Abi Thalib, namun setelah Muawiah menjadi khalifah beliau ini menolak permintaan khalifah untuk dilantik sebagai pegawai.
Ahnaf Ibnu Qais Memuji kata-kata Saidatina Aisyah R.A :
Al-Ahnaf bin Qais berkata, “Aku telah mendengar khutbah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Hingga saat ini aku belum pernah mendengar satu perkataan pun dari makhluk Tuhan yang lebih berisi dan baik daripada perkataan Aisyah.” Salah satu contoh kefasihannya dapat kita lihat dari kata-katanya pada kuburan ayahnya, Abu Bakar:
“Allah telah mengilaukan wajahmu, dan bersyukur atas kebaikan yang telah engkau perbuat. Engkau merendahkan dunia karena engkau berpaling darinya. Akan tetapi, untuk engkau adalah mulia, karena engkau selalu menghadap untuknya. Kalau peristiwa terbesar setelah Rasulullah wafat dan musibah terbesar adalah kematianmu, Kitab Allah rnenghibur dengan kesabaran dan menggantikan yang baik selainmu. Aku merasakan janji Allah yang telah ditetapkan bagirnu dan ikhlas atas kepergianmu. Dengan memohon dari-Nya gantimu dan aku berdoa untukmu. Kami hanyalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Bagimu salam sejahtera dan rahmat Allah.”
Sikap Tegas dan Berani, Ahnaf Ibnu Qais
Wakil-wakil pihak Kufah kembali menghadap Imam Ali r.a. untuk minta pendapat mengenai penghapusan sebutan "Amirul Mukminin". Ternyata Imam Ali r.a. memerintahkan supaya sebutan itu dihapus saja dari teks perjanjian. Tetapi Al Ahnaf cepat-cepat mengingatkan: "Sebutan Amirul Mukminin jangan sampai dihapus. Kalau sampai dihapus, aku khawatir pemerintahan (imarah) tak akan kembali lagi kepadamu untuk selama-lamanya. Jangan..., jangan dihapus, walau peperangan akan berkecamuk terus!"
Setelah mendengar nasihat Al Ahnaf itu untuk beberapa saat lamanya Imam Ali r.a. berfikir hendak mempertahankan sebutan "Amirul Mukminin" dalam teks perjanjian, tetapi wakil pihak kuffah (Al Asy'ats) datang lagi dan mendesak supaya sebutan itu dihapuskan saja. Dengan perasaan amat kecewa Imam Ali r.a. berucap: "Laa llaaha Illahllaah . . . Allaahu Akbar!
Jawapan Ahnaf Ketika menjawab tentang puasa :
Dari al-Ahnaf ibn Qays, dikatakan kepadanya: "Engkau sudah tua dan puasa akan membuatmu lemah". Al-Ahnaf menjawab: "Saya menyiapkannya untuk perjalanan yang panjang; bersabar dalam ketaatan kepada Allah swt. lebih ringan dari pada bersabar atas siksa-Nya."
Maksud daripada kata-katanya ungkapan "puasa adalah benteng"
bererti: puasa merupakan pelindung dan penjaga dari kemaksiatan dan dari siksaan di hari Akhir.